Kamis, 12 Desember 2013

Kumis

SATU MALAM, medio Desember, Bukhori-teman serumahku-membawa pulang majalah FourFourTwo bekas. Ini salah satu majalah bola milik Kompas Gramedia.  Ia memang rajin beli majalah bekas sejak tau tempatnya di sebuah gang depan kampus UIN Sultan Syarif Qasym (gedung lama) Pekanbaru. 

Aku membolak-balik isinya. Ternyata ada satu yang menarik. Dua halaman penuh berisi deretan pemain bola tahun 70-an dan 80-an. Mereka dipajang bukan lantaran para legenda. Melainkan karna punya kumis. Bentuknya macam-macam. Ada yang mirip gaya kumis Jusuf Kalla, tipis saja dibawah hidung. Ada pula yang tebal dan pirang.

Tapi, yang paling mencolok sebuah kumis tebal melengkung ke pipi. Percis kumis tokoh pak Raden. Itu milik seorang pemain bola asal Belanda bernama, Abe Van Den Ban. Karir sepak bolanya tidaklah gemilang. Cendrung biasa saja malah. Kalau ia terkenal itu bukan karena bersinar di lapangan hijau, semata hanya karena unik kumisnya.

Kumis tampaknya bukan sekedar bulu. Ia bisa dilihat dari banyak dimensi. Bahkan masuk pada dimensi kebudayaan dan agama.  Umat Islam misalnya sunnah memelihara jenggot. Dalam kajian history hadis disebutkan kenapa memelihara jenggot sunah? Alasannya, lantaran kaum Kafir Qurays memelihara kumis dan mencukur jenggot. Jadi, untuk membedakan orang islam dihimbau pelihara jenggot dan cukur kumis. Supaya mudah mengidentifikasi saat perang terjadi.

Sensitif sekali ternyata kumis. Bisa membentuk streotip sedemikan biut. Lalu anda akan pelihara kumis atau jenggot?