Sabtu, 14 Desember 2013

Suara Hutan Sampai Eropa

TIGA AKTIVIS Hutan Indonesia laksanakan tour ke Eropa. Acara berlangsung 9-30 November 2012. Mereka; Muslim Rasyd dari Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari), Aidil Fitri dari Wabana Bumi Hijau dan Hariansyah Usman mewakili Wahana Lingkungan Hidup(Walhi)  Indonesia. Acara ditaja oleh European Environmental Paper Network (EEPN)—merupakan koalisi dari 69 LSM lingkungan dan sosial dari 24 negara untuk mengubah industri kertas Eropa menjadi etis dan berkelanjutan.

Ketiganya kunjungi sembilan kota di Eropa dalam tiga minggu. Di Berlin mereka bertemu LSM Eropa presentasi pada pertemuan publik. Di London mereka melakukan diskusi dengan pengusaha kertas, industri percetakan Di Brussels bertemu anggota kunci Parlemen Eropa. Di Barcelona bicara dengan Federasi Percetakan dan penerbit. Di Zurich bicara dengan bank Swiss yang terlibat dalam investasi Indonesia. Roma, Wina, Dusseldorf dan Helsinki juga dikunjungi.

“Kegiatan ini terkait kampanye bersama aktivis Indonsia untuk hentikan masifnya penghancuran hutan di Indonesia, bagaimana mereka (Eropa) tidak terlibat dalam percepatan penghancuran hutan di Indonesia,” kata Muslim.

Saya sempat berbincang dengan Muslim Rasyd. Berikut petikannya;

Apa saja yang disampaikan disana?

Pertama terkait ekspansi Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia. Kemudian soal rencana pembangunan pabrik kertas baru oleh PT RAPP di Palembang— Sumatera Selatan. Juga kasus korupsi— kejahatan— kehutanan. Ada indikasi keterlibatan perusahaan industri kertas dalam kejahatan kehutanan tersebut. Jadi, sebenarnya kami menyorot isu hutannya. Bagaimana HTI tidak memakai kayu dari hutan alam lagi. Ini penting karena kalau mereka—Eropa— tidak menahan konsumsi bahan baku kayu dari hutan alam, peningkatan kapasitas dan pembangunan pabrik baru akan terus saja terjadi.

Masalahnya dengan pembangunan pabrik baru?


Kalau ada pabrik baru berarti butuh bahan baku baru. Tidak ada perusahan yang tanam dulu baru membangun pabrik. Pasti mereka sudah ada bahan baku. Dan bahan baku utamanya itu dari hutan alam bukan akasia yang ditanam. Ini ancaman sebenarnya. Sangat membahayakan untuk terjadinya kejahatan kehutanan yang melibatkan Group Industri kertas.

Bagaimana reaksi orang Eropa tau Informasi itu?


Saya tangkap mereka terkejut karena selama ini mereka tidak tahu apa yang terjadi di lapangan. Mereka hanya tahu apa yang mereka baca misalnya dari selebaran. Kertas yang mereka gunakan adalah kertas yang peduli lingkungan telah di sertifikasi dan tidak melanggar HAM. Yang paling menarik itu saat berkunjung ke Parlemen Uni Eropa mereka sangat terkejut perusahaan yang sudah disertifikasi hijau bisa terlibat skandal korupsi kehutanan dan ambil kayu hutan alam.

Lalu apa arti pentingnya datang ke Eropa?

Arti pentingnya paling tidak selama ini dunia internasional tidak tahu bahwa kertas yang mereka gunakan untuk tisu toilet, reklame berasal dari hutan alam. Mereka selama ini berpikir ketika suatu perusahaan sudah mendapat sertifikat dari lembaga sertifikasi itu sudah oke. Bahwa itu tidak merusak lingkungan, tidak menghancurkan hutan alam . Dan kita menyampaikan tidak seperti itu kejadiaannya. Di Riau, Padang, Jambi, Palembang, Kalimantan itu menyisakan konflik sampai saat ini. Otomatis jika masyarakat Eropa ikut mengkonsumsi pruduknya, mereka juga ikut membiarkan persoalan-persoalan ini terus terjadi.

Gunanya sampaikan informasi ini ke Eropa apa?


Paling tidak ini sebagai bentuk tekanan kita terhadap pasar. Bahwa mereka jangan terlalu percaya dengan kampanye hijau yang dilakukan industri kertas di Indonesia. Kenyataan di lapangan tidak seperti itu sebenarnya. Dan ini sebenarnya bisa dibuktikan bahwa pernyataan baru dari Asia Pulp & Paper (APP) per 5 Februari mereka tidak akan menggunakan kayu alam lagi, tidak akan eksploitasi lahan gambut dan akan menyelesaikan konflik. Berarti itu sebuah konfirmasi bahwa apa yang kita katakan di Eropa benar.

Berarti Forum Eropa kemaren beri tekanan ke perusahaan kertas?

Secara tidak langsung iya. Karena kita kampanye ke pasar mereka. Ke masyarakat Eropa yang kebetulan salah satu pasar terbesar industri kertas.

Bagi konsumen di Eropa sendiri seberapa penting informasi ini?

Paling tidak dari pertemuan itu mereka terkejut. Sebenarnya masih banyak masalah dari industri kertas. Banyak konflik sosial, masalah lingkungan yang ditimbulkan. Selama ini mereka terima produk kertas ada label sertifikat hijaunya. Tapi dengan kita beri informasi mereka jadi paham kondisi riil di lapangan.

Bagaimana praktek penggunaan kertas di Eropa?

Kalau disana itu sebenarnya sedang ada perang antara media cetak dan new media. Media cetak tetap mendorong jangan sampai berhenti menggunakan kertas untuk bantu belajar media. Jadi secara iklim politik media sedang berperang sebenarnya antara cetak dan elektronik. Kami sempat bertemu pengusaha percetakan. Jadi mereka mempromosikan mengapa harus berhenti cetak karena bisa menggunakan kertas hijau dan baik tidak ada masalah.Kita tinggal menagih pernyataan mereka. Kita bilang kalau memang mau mencetak gunakan kertas yang hijau dan jauh dari pelanggaran HAM.

Berapa besar penggunaan kertas di Eropa untuk dunia percetakan?
Besarlah, sebenarnya di Eropa itu lebih 80 persen kertas yang dikonsumsi adalah kertas yang habis satu hari. Setelah sore, itu jadi sampah. Bisa kita lihat berapa banyak yang dicetak di koran dan itu hanya satu hari setelah sore jadi sampah. Sangat sedikit kertas yang digunakan lama seperti buku.

Dan mereka paham itu?

Karena kita menyampaikan tidak dengan bual kosong kita mendemotrasikan dengan data dengan  media visual gambar dan sebagainya yang bisa kita lihat jadi memang yang kita perlihatkan itu adalah yang bisa mereka lihat dan bisa mereka rasakan.

Lalu, peran lembaga keuangan disana terhadap perusahaan kertas di indonesia?

Kalau kita lihat sebenarnya industri kertas di indonesia mendapat pinjaman dari bank-bank luar negeri disana. Bank-bank disana juga memberi jaminan asuransi untuk industri kertas itu tetap bisa jalan. Jadi kita bilang lembaga keuangan di Eropa harus bertanggungjawab terhadap kerusakan hutan di Indonesia.

Waktu itu sempat bicara dengan mereka?

Iya kita bicara dengan dua donatur dan lembaga asuransi APP.

Tanggapan mereka ?

Mereka tidak punya wewenang untuk meghentikan itu. Mereka memberi bantuan sesuai proposal yang diajukan perusahaan. Dan menurut mereka selama ini proposal yang mereka baca dan dinilai bagus. Jadi mereka bilang nanti akan ada evaluasi di lembaga mereka. Tetap ngambang lah. Lembaga keuangan agak payah kita taulah setipa uang mereka terpakai mereka dapat keuntungan. Apalagi Bank Swiss mengambang dan normatif. Mereka tak mau dikritisi

Berapa lama mereka sudah mendanai APP?

Sudah lama. APP tidak hanya satu bank yang danai. Banyak bank salah satunya ya, Bank Swiss. itu dilakukan misalnya kayak dulu tahun 2004 mereka mendapat suntikan baru dari bank di Eropa.

Pengaruh pertemuan itu dengan perlindungan hutan di Indonesia?

Kalau kita lihat dari komitmen yang dilakukan APP—walaupun nanti harus dilihat pelaksanaan komitmennya— paling tidak beberapa kawasan hutan di lingkungan mereka tidak mereka tebang lagi. Pun tidak bisa dipungkiri mereka mempunyai rekam jejak serius melanggar komitmen.

Bagaimana praktek industri kertas di Eropa?

Disana mugkin tidak menggunakan hutan alam lagi—karena tidak ada hutan alam lagi. Mereka menggunakan kayu-kayu yang mereka tanam. Tapi— sebenarnya bukan berarti tidak ada masalah lingkungan disana. Membicarakan industri kertas tidak hanya masalah bahan baku nya tentu juga pengolahannya. Seperti limbah industri. Tapi kebetulan kemaren kita tidak bicara limbah industri. Difokuskan kampanye pada penyelamatan hutan.

Solusi yang dihasilkan? 

Solusi yang dihasilkan teman-teman di Eropa itu akan mengkampanyekan yang kita suarakan disana. Kemudian mereka juga meminta pertanggung jawaban ke kementerian dan parlemen karena telah meggelontorkan bantuan ke Indonesia. Justru mengakibatkan pengaturan hutan di Indonesia bukan bertambah baik.

Apa yang akan dilakukan setelah pertemuan di Eropa?

Mereka tetap berkampanye tetap mendorong pihak-pihak di Eropa untuk tidak lagi mengakibatkan penghancuran hutan di Indonesia semakin besar. Mendorong pemerintah mereka agar perbaikan tata kelola di Indonesia melalui kerjasama Indonesia—Eropa. Itu yang akan dilakukan.